Namun karena Linus akan bergabung, akhirnya
kami pun memutuskan untuk kembali ke Patung Dewi Sartika untuk menjemput Linus.
Dijalan aku sudah bete dan kesal, karena harus kembali kesana, ditambah
teriknya sinar matahari yang sangat menyengat membuatku jadi tambah gak
mood. Aku juga kesal karena saat kak
Diki memberitahu tidak jelas, sehingga membuat kesalahpahaman yang akibatnya
merugikan kelompokku. Kami pun akhirnya
tiba di Patung Dewi Sartika. Setibanya
kami disana, aku tidak melihat ada Linus ataupun Kak DIki. Karena kami juga sudah lelah, akhirnya kami
memutuskan untuk duduk dulu didepan salah satu toko untuk minum. Kami menunggu cukup lama sekitar 5 menit,
namun tidak ada tanda-tanda Linus akan datang.
Puskesmas Cicalengka |
Kami pun berinisiatif untuk menelepon kakak. Kak Diki mengangkat telepon kami, kemudian kak Diki meminta kami untuk ke puskesmas. Tanpa menunggu lama, aku dan teman sekelompokku segera pergi menuju ke puskesmas. Namun kami tidak mengetahui dimana lokasi puskesmas. Udara yang panas ditambah tubuh yang mulai lelah membuat kami patah semangat. Karena kami tidak tahu letak puskesmas dimana, akhirnya aku dan teman sekelompokku memutuskan untuk ke masjid dulu untuk bertanya pada orang disana, dan setelah mengetahui dimana lokasi puskesmas , baru kami akan menjemput Linus.
Setibanya di puskesmas, aku bertemu Alika,
bukan bertemu Linus. Ternyata Linus
tidak jadi bergabung dengan kelompokku, karena nanti takut heboh kalau
disatukan dengan Bimo. Jadi Alika yang
digabungkan ke kelompokku sedangkan Linus ke kelompok Karmel. Aku pun bertanya kenapa kelompok mereka
dipisah. Ternyata Naia jatuh dan kakinya
keseleo, tidak memungkinkan baginya untuk berjalan jauh keliling
Cicalengka. Kami pun langsung
melanjutkan perjalanan. Awalnya kami akan mencari informasi di puskesmas
tersebut, tapi kata Alika orang-orang di puskesmas ini sedang sibuk dan tadi
pun mereka sudah berusaha untuk wawancara tapi ditolak.
Karena harus mendapatkan informasi di bidang
kesehatan, akhirnya aku dan kelompokku memutuskan untuk pergi ke Rumah Sakit
saja. Perjalanan ke Rumah Sakit lumayan Panjang. Kami harus melewati berbagai tanjakan mulai
dari yang biasa saja sampai yang terjal.
Walaupun perjalanan menuju ke Rumah Sakit lumayan melelahkan, tapi kami
semua kuat, tidak ada yang sakit bahkan saat perjalanan menuju ke Rumah Sakit
kami tidak beristirahat sekalipun.
Sungguh fisik yang sangat kuat!
Sesampainya di Rumah Sakit, aku dan
teman-teman merasa sangat senang, karena dari luar kelihatannya sepi dan disekitar
Rumah Sakit ada pohon-pohon yang rindang sehingga sejuk dan teduh. Kami pikir kami bisa mendapatkan banyak
informasi di Rumah Sakit tersebut, namun ternyata dugaan kami salah. Sesampainya kami di pintu depan, kami kaget
sekali. Ruang tunggu Rumah Sakit
tersebut sangat penuh dengan orang bahkan ada yang berdiri, tidak kebagian
tempat duduk. Karena kami sudah sangat
kelelahan, kamipun tidak tahu lagi apa yang harus kami lakukan. Kami mencari tempat duduk di luar dan
beristirahat sejenak. Beberapa dari kami
ada yang mengeluarkan bekalnya dan memakannya.
Setelah beristirahat cukup lama, kami pun berdiskusi, apa tindakan yang
setelah ini harus kami ambil. Setelah
lumayan lama berdiskusi, aku dan teman-teman akhirnya memutuskan untuk pergi ke
destinasi selanjutnya, yaitu terminal.
Terminal Cicalengka |
Perjalanan menuju ke masjid terasa sangat
lama, karena badan kami yang sudah benar-benar lelah dan tidak ada angin sama
sekali membuat kami tambah tidak bersemangat.
Jalan menuju ke masjid sangat gersang, sangat sedikit pohon yang tumbuh
disekitarnya, kalau ada yang tumbuh pun banyak yang ditebang. Destinasi yang akan kami datangi selanjutnya
adalah terminal angkot yang letaknya tidak jauh dari masjid. DI terminal, mood kami untuk wawancara sudah
benar-benar hilang. Untuk mendapatkan
informasi tentang terminal tersebut, kami hanya melihat dan melakukan
penginderaan saja. Kemudian hasialnya
kami tuliskan di buku catatan kami. “Iih
pengen beli es krim”seru Chaca kelelahan.
“Iya kayaknya enak tuh makan es krim”ujar Alika mendukung. Karena banyak yang merengek ingin es krim
akhirnya aku memberikan uang sejumlah Rp.10.000,- kepada Chaca. Ia pun membeli 2 buah eskrim kemudian kami
memakannya bersama di terminal.
Tidak terasa kira-kira sudah 15 menit kami
diam di terminal. Namun masih ada
beberapa lokasi lagi yang harus kami datangi, salah satunya adalah patung Ir.H.Juanda. Karena tidak mau buang-buang waktu, aku,
Chaca, Alika dan Bimo pun langsung mencari tahu dimana letak patung
tersebut. Saat kami berjalan, kami
menemukan sebuah tugu, namun tidak menggambarkan bahwa itu adalah sebuah tugu
Ir.H. Juanda. Kebetulan disebelah tugu
tersebut ada pedagang mie ayam yang sepertinya sedang tidak sibuk. Aku pun berinisiatif untuk bertanya. “Permisi pak kalau patung Ir.H.Juanda ada
dimana ya?” “Oh ini dek adek nanti lurus terus ada 1 belokan ke kiri nah adek
belok kesana, inget ya dek kalau belok nanti ada bunyi NGEK nya”jawab pedagang
mie ayam tersebut. “Oh iya pak makasih
ya”aku menjawab sambil menahan tawa. “Iya
dek sama-sama, inget ya dek kalau belok ada NGEKnya”seru si bapak
tersebut. Sampai kami pergi pun ia terus
berkata “Inget ya dek kalau belok ada NGEKnya” Terkadang lucu saat bertemu
orang seperti itu, unik tapi menyenangkan.
Kami
pun terus berjalan, sampai akhirnya kami menemukan sebuah patung besar dengan
muka Ir.H.Juanda dibagian atasnya. Kami
sangat senang, dan kami pun langsung mengabadikan patung tersebut. Waktu sudah menunjukkan pukul 10.50 dan kami
sudah harus tiba di masjid pukul 11.00.
Setelah selesai mengambil foto, kami pun langsung berangkat lagi untuk
kembali ke masjid. Kmai semua sangat
ketakutan, karena takut terlambat sampia di masjid. Disana sudah ada kelompok Karmel juga
kakak-kakak. Setelah kami sampai dan
beristirahat sejenak, kami seluruh anggota kelompok Dolangan pergi lagi karena kami harus bertemu narasumber
disuatu tempat.
To Be Continued...
No comments:
Post a Comment