Ruang Tamu SMPN Cicalengka |
Setelah selesai makan bubur, kami pun memberikan uang lembar sejumlah Rp.5000,- dan mengucapkan terima kasih. (baca dulu blog Perjalanan Cicalengka 2) Kemudian aku, Chaca dan Bimo meninggalkan pasar
dan mulai mencari sekolahan, salah satu lokasi yang harus kami kunjungi. Letak
sekolahan yang akan kami tuju berada di sebelah pasar, sehingga tidak memakan banyak waktu untuk bisa sampai
kesana. Sekolah yang kami datangi yaitu
SMPN 1 Cicalengka. Sesampainya disana,
kami sedikit kebingungan, akan kemana mencari informasi tentang sekolah itu,
karena pada saat kami datang, sedang berjalan kegiatan mengajar, sehingga kami
tidak bisa bertanya pada guru, bahkan pada kepala sekolah. Tiba-tiba kami
melihat ada salah satu orang yang sepertinya sedang duduk santai di pos satpam
sekolah. Kami pun mendekatinya kemudian mulai
bertanya. Ternyata ia juga sangat terbuka
dan mau menjawab pertanyaan kami dengan senang hati. Sebelum kami bertanya pun,
ia sudah bercerita. Katanya di sekolah ini ada 3 program yang paling
dibanggakan, yaitu program 3S yaitu program Senyum, Salam dan Sapa. Kemudian
ada program SMS yaitu program Siswa Memungut Sampah. Dan yang terakhir adalah program Bintalis,
yaitu program literasi islam. Setelah
lumayan lama mengobrol, akhirnya ia baru memberitahukan identitasnya. Ternyata beliau adalah guru keagamaan di
sekolah itu, namanya adalah Pak Amin Kusnandang. Kami mengobrol di sana kurang lebih 5 menit
dan setelah selesai, kami pun berpamitan.
Sebelum berpamitan, kami sempat bertanya dimana lokasi Kantor Kecamatan,
karena setelah dari sekolah, aku dan kelompokku berencana akan ke Kantor Kecamatan terlebih dahulu. Setelah ia
memberitahu kami dimana lokasi Kantor Kecamatan kami pun berpamitan dan
langsung pergi kesana.
Letak Kntor Kecamatan juga tidak terlalu jauh dari sekolah. Hanya berjalan kurang lebih 2 meter kami pun
sampai. Sebenarnya tamu hanya boleh
masuk dari pintu depan, dan kalau kita masuk dari pintu depan kita harus
memutar lagi dan akan memakan waktu yang lama.
Namun karena kami dari tadi saat bertemu orang dan bertanya ramah maka orang-orang
yang kami jumpai pun tidak merasa asing dengan kami, bahkan mereka
memperbolehkan kami masuk ke Kantor Kecamatan lewat pintu belakang. Kami pun akhirnya diperbolehkan masuk lewat
pintu belakang. Awalnya kami bingung dimana
letak Kantor Kecamatan yang utamanya karena disana gedungnya banyak dan semua dipenuhi
orang. Setelah bertanya-tanya dengan
beberapa orang yang ada disana, aku, Bimo dan Chaca akhirnya menemukan gedung
utamanya. Pada saat kami akan masuk,
ruangan depan gedung itu sangat ramai.
Banyak orang yang mengantri, sepertinya akan membuat KTP. Tiba-tiba ada seorang bapak-bapak mendekatiku
dan bertanya “Mau kemana dek?” Aku pun menjawab “Mau ketemu pak camatnya pak,
mau nanya-nanya sedikit tentang daerah Cicalengka” “Ohh ayo dek saya anterin aja”jawab bapak itu
cepat. Aku dan kelompokku pun masuk ke
dalam ditemani bapak tersebut. Saat kami
masuk, ternyata sudah ada Karmel, Denzel, Hana dan Timmy yang sedang
mewawancara pak camat juga.
“ini
temennya ya dek?”tanya bapak tersebut setelah kami bertemu pak camat. “Iya pak,
makasih ya!” aku menjawab dengan cepat.
Saat aku masih mengobrol dengan bapak-bapak yang tadi mengantarkan,
salah satu pekerja yang ada disana langsung menyiapkan 3 kursi untuk kami
duduk. Setelah berpamitan, aku, Chaca dan Bimo langsung
ikut mengobrol dengan Pak Camat. DIdalam
obrolan ini aku mendapatkan banyak informasi baru tentang daerah
Cicalengka. Katanya makanan yang paling
terkenal dari Cicalengka adalah Ali Agrem, Awug dan Sate Jebred. Aku sendiri baru pernah mendengar ada Sate Jebred. Menurut Pak Camat, Sate Jebred
terbuat dari kulit sapi dan sudah ada sejak jaman Belanda. “Adek-adek tahu gak, Kecamatan Cicalengka ini
termasuk dalam kategori lengkap loh, sudah ada terminal, pasar tradisional, rumah
sakit, mall, stasiun dan Griya”seru Pak Camat bangga.
Pohon asam di Kantor Kecamatan |
Perjalanan menuju patung Dewi Sartika |
Setelah
selesai bercerita, Pak Camat mengajak kami untuk berkeliling di Kantor Kecamatan tersebut. Selama berkeliling,
beliau menunjukkan kami banyak hal, seperti data penduduk Cicalengka dan pohon
asam yang katanya sudah ada sejak masa penjajahan Belanda. Ternyata di hari itu Pak Camat ada pertemuan,
sehingga setelah menjelaskan beberapa lokasi di Kantor Kecamatan tersebut, Pak
Camat berpamitan dan meninggalkan kami.
Namun sebelum pergi, ia menyuruh salah satu pekerja disana untuk
mengantarkan kita ke tempat-tempat yang harus kami datangi. Orang-orang disana sangatlah ramah terhadap
para pendatang baru dan aku merasa senang bisa mengenal mereka semua. Aku dan kelompok Karmel pun langsung
berangkat ditemani salah satu petugas dari kantor kecamatan.
Patung Dewi Sartika |
To Be Continued...
kalau mau lihat patung dewi sartika dari stasiun Cicalengka, dilanjut naik apa?
ReplyDeletebisa jalan kaki atau naik angkot sih kak.. untuk jurusan angkotnya saya kurang tahu, karena saya jalan kaki. Tidak jauh kok kak, hanya sekitar 5 menit.
Delete