Persiapan Perjalanan Besar
Perjalanan besar merupakan salah satu
kegiatan yang paling ditunggu-tunggu oleh kami, siswa-siswi kelas 8 Semi
Palar. Oleh karena itu, sebelum
berangkat kami harus mempersiapkan
berbagai hal, seperti kesiapan fisik, ketahanan berpikir, kemampuan wawancara,
kemampuan bertamu dan masih banyak lagi.
Untuk mengembangkan kemampuan dalam hal bertamu, kakak memberikan kami
sebuah tantangan yaitu untuk berkunjung ke rumah kerabat sekalian mengembangkan
kemampuan kami dalam bidang wawancara.
Sebelum berangkat aku harus
mempersiapkan banyak hal. Pertama-tama
aku harus menentukan kemana aku akan pergi kemudian menentukan kapan aku akan
kesana. Setelah janjian dengan pemilik rumah, aku membuat beberapa daftar topik
pembicaraan dan pertanyaan yang akan aku ajukan nanti. Setelah semuanya selesai, aku tinggal
menunggu kapan hari tersebut tiba…
Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba…
Hari Sabtu 17 Februari 2018 aku mengunjungi kediaman salah satu teman papaku,
yaitu rumah Om Tjahyadi. Aku berangkat
menaiki angkot pukul 09.00 dan tiba di sana pukul 09.30. Aku menaiki angkot dengan jurusan Ledeng-Kebon
Kalapa. Kebetulan aku naik dari terminal
Ledeng sehingga harus menunggu cukup lama agar angkot terisi penuh. Lokasi
terminal Ledeng berdekatan dengan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)
sehingga terminal terlihat ramai pada waktu itu.
Setelah angkot penuh, akhirnya supir
angkot mulai menjalankan kendaraannya. Kurang lebih ada 8 penumpang lainnya
yang ada didalam angkot itu. Penumpang angkot tersebut terdiri dari berbagai
kalangan usia. Ada yang masih remaja
sampai yang sudah tua. Selama diperjalanan, banyak penumpang yang naik turun. Ditengah
perjalanan ada seorang ibu-ibu yang bertanya kemanakah tujuanku soalnya aku
pergi sendirian dan waktu itu terhitung masih pagi. Ibu tersebut terlihat baik dan ramah sehingga
aku pun tidak ragu untuk menjawab pertanyaan ibu tersebut. Lalu lintas pagi itu lumayan padat, terdengar
suara klakson mobil yang bersahut-sahutan.
Tidak terasa, akhirnya aku pun sampai di
rumah yang ku tuju. Kondisi rumah pada
waktu itu masih sepi. Walaupun sepi,
didepan rumah sudah banyak kendaraan yang berlalu lalang. Didepan pagar, aku menekan bel rumah. Tanpa perlu menunggu lama aku pun langsung
dibukakan pagar oleh pembantu di rumah tersebut. Sesampainya didalam aku dipersilakan
duduk. Karena pemilik rumah belum turun,
akhirnya aku memutuskan untuk mengecek HP ku terlebih dahulu. Tidak sampai 5 menit, Om Tjahyadi turun
kemudian mulai menyapaku. Aku pun
langsung menyimpan Hp ku kemudian berdiri untuk menyalami beliau. Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk
mencairkan suasana. Karena aku memang
sudah dekat dengan om Tjahyadi jadinya saat mencari topik pembicaraan tidak
sesulit saat mengobrol dengan orang lain.
Om Tjahyadi merupakan teman TK papaku jadi sudah sangat dekat dengan
keluargaku.
Saat mengobrol kami membahas banyak
topik, mulai dari kegiatan sehari-hari sampai hal yang lebih spesifik. Saat aku baru mau memulai pembicaraan, aku
disuguhkan berbagai kue kering dan segelas teh manis hangat. Jujur pada saat akan memulai pembicaraan aku
merasa takut. Aku takut nanti akan salah saat bicara atau salah melontarkan
pertanyaan yang nantinya akan membuat Om Tjahyadi sakit hati atau jadi tidak
enak denganku. Makanya aku tidak banyak
berbicara diawal obrolan, aku lebih banyak mendengarkan, karena didalam
pikiranku, banyak pertanyaan-pertanyaan yang ingin ditanyakan beserta semua
pertimbangannya. Om Tjahyadi akhirnya memulai pembicaraan dan mulai bertanya
“Gimana sekolah kamu?” aku menjawab dengan cepat, namun sambil menjawab sebenarnya
didalam hati, aku deg-degan karena takut salah ngomong nanti. “Baik om, lancar semuanya gimana pekerjaan
om?” begitu aku jawab. Mulai dari
pembicaraan sederhana, akhirnya obrolan kami mulai mengalir dengan lancar. “Kamu sekarang lagi suka apa? Cita-cita kamu
apa sih? Gimana perjalanan tadi kesini?” itu adalah beberapa pertanyaan yang
dilontarkan oleh Om Tjahyadi kepadaku.
Memang itu merupakan pertanyaan yang sangat biasa ditanyakan, namun dari
pertanyaan-pertanyaan itulah aku dan Om Tjahyadi bisa jadi mengobrol
banyak.
Setelah obrolan antara aku dan Om
Tjahyadi hampir selesai, anak-anak Om Tjahyadi beserta istrinya turun
kebawah. Sehingga aku mengurungkan
niatku untuk pulang. Aku tidak mengobrol
banyak dengan istrinya, aku lebih banyak mengobrol dengan anak-anaknya yang
bernama Boby dan Erica. Namun ya namanya
juga anak-anak jadi obrolannya tidak terlalu bermutu dan banyaknya obrolan yang
receh. Kira-kira sampai pukul 11.00 aku mengobrol di
ruang tamu.
Setelah itu, aku diajak Erica untuk naik
ke atas dan main di kamarnya. Diatas aku
dan Erica banyak mengobrol, seperti membahas sekolah, pelajaran dan beberapa
hal lainnya. Menyenangkan sekali. Karena bosan didalam kamar, akhirnya aku dan Erica
memutuskan untuk keluar kamar dan main diluar saja. Ternyata di luar kamar ada Boby, kakak dari
Erica yang sedang bermain game PS. Awalnya
aku dan Erica hanya menonton Boby bermain game, tapi lama kelamaan karena gamenya
terlihat seru aku dan Erica jadi tertarik untuk ikut. Game tersebut memang memiliki sedikit unsur
kekerasan. Karena kita bermain dengan
menyenangkna, tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 12.00. Dan aku masih dirumah orang sendirian
juga.
Aku pun memutuskan untuk pulang Namun saat
aku turun tangga aku berpapasan dengan pembantu rumah tangga di rumah itu. Dia terlihat sedang sibuk membawa
piring-piring makanan. Dan piring itu
ada 3! Aku pun kaget melihatnya.
Tiba-tiba pembantu itu berbicara padaku “Eh mau kemana? Ini makan dulu
atuh udah siang nihh…belum makan kan?”.
Sebenarnya perut aku juga lapar dari tadi minta diberi makan. Aku pun mengurungkan niatku kembali untuk
pulang. Akupun kembali keatas dan
akhirnya makan bersama dengan Erica dan Boby.
Ternyata dalam keluarga Om Tjahyadi, mereka tidak memiliki kebiasaan
untuk makan Bersama saat makan siang.
Setelah makan, aku langsung melihat
jam. Kini jarum jam sudah menunjukkan
pukul 12.46. Dengan gesit, aku langsung
mengajak Erica untuk mengembalikan pirinig ke bawah agar niatku untuk pulang
tidak batal lagi. Dibawah ternyata ada
Om Tjahyadi dan istrinya yang juga sedang makan sambil menonton TV. Setelah mengembalikan piring aku pun pamit
dengan Erica dan pamit dengan Om Tjahyadi serta istrinya. Pada
awalnya aku dicegat pulang “kok cepet-cepet banget udh pulang lagi? Main aja
dulu disini” seru istrinya. “Udah tante
dari tadi main hehehe sekarang mau balik dulu.. Nanti kapan-kapan aku main lagi
kesini😊” aku
menjawab.
Setelah berpamitan aku pun mengambil
barang-barangku kemudian langsung pulang.
Om Tjahyadi dan istirnya mengantarkanku sampai ke pagar. Pas pulang, aku harus menunggu angkot lebih
lama dari saat berangkat. Angkot yang
aku naiki saat pulang tidak terlalu ramai.
Hanya ada 2-4 penumpang yang ada diangkot itu bersamaku. Kurang lebih perjalanan selama 1 jam dengan
macet disana-sini, sampai akhirnya aku sampai di rumah kembali.
Kisah ku selama berkunjung ini sangatlah menyenangkan. Banyak suka dan duka saat melakukannya. Persiapan untuk perjalanan besar tidak sampai disini, masih banyak lagi latihan yang harus kami lakukan agar benar-benar siap saat Perjalanan Besar nanti. Tunggu cerita persiapan perjalanan besar kami yang lainnya yaa!!