Hari
ini aku bangun cukup pagi. Pukul 4
subuh, aku sudah terbangun dari tidur.
Kedua temanku masih tertidur lelap, dibungkus selimut. Aku yang masih mengantukpun akhirnya
memutuskan untuk tidur kembali.
…
Pukul
5 aku bangun lagi. Aku membuka gorden
yang kebetulan letaknya disebelah kasurku. Pemandangan yang ada disana sangat
indah, langit yang cerah dihiasi dengan gunung yang menjulang membuat mataku terbuka
lebar. Setelah sekitar 5 menit aku
melihat keluar, aku melihat kedua temanku, yang masih tertidur lelap, sama
seperti yang aku lihat saat aku bangun pukul 4 tadi. Sepertinya mereka sangat kelelahan.
Setelah
itu, aku segera melipat selimutku dan bersiap kekamar mandi untuk sikat
gigi. Ini adalah pagi pertamaku di
Rancakalong. Setelah siap, aku segera
bergegas ke kamar mandi. Aku menyapa ibu
dan bapak yang kebetulan sedang duduk didekat dapur. Ibu dan bapakn dirumahku sangat ramah, jadi
aku merasa nyaman tinggal di rumah ini.
Air
yang ada di kamar mandi rasanya dingin sekali untukku. Walaupun aku selalu mandi air dingin di
Bandung, tapi tetap saja air itu terasa sangat dingin saat mengenai
wajahku. Setelah mencuci muka dan sikat
gigi, aku kembali ke kasur, untuk membereskan barang-barang dan membangunkan
kedua temanku.
Awalnya
aku berharap kedua temanku sudah bangun, tapi ternyata mereka masih tertidur,
dengan posisi yang sama seperti tadi aku tinggalkan. Cukup sulit membangunkan mereka, karena saat
aku berhasil membangunkan mereka, mereka akan bilang sebentar lagi bangun, tapi
mereka malah kembali tidur. HAHAHA.
Setelah
semuanya bangun, aku membereskan tempat tidur dan seprai, sedangkan Hana dan
Alika ke kamar mandi. Entah kenapa aku
sedikit risih melihat kasur atau tempat yang berantakan. Jadi dengan cepat akan aku bereskan.
…
Setelah
Hana dan Alika kembali, kita membantu ibu di rumah kami menyiapkan
sarapan. Bapak dan anak yang ada di
rumah kami sudah pergi sejak tadi, untuk berangkat sekolah. Lagi-lagi, ibu Cece menolak untuk kami bantu,
tapi setelah kami jelaskan, akhirnya ia mau juga kami bantu. Untuk sarapan kali ini, kami harus berjalan
cukup jauh. Ibu Cece mengajak kami ke
sebuah warung untuk membeli roti. Oh
iya, sebelum itu, kami diajak oleh Bu Cece untuk membeli surabi mini.
Setelah itu,
kami kembali ke rumah. Jalan yang kami
tempuh pagi itu cukup menantang, karena jalanannya berkelok, rusak dan menanjak. Belum lagi udara pagi itu dingin sekali. Jadi,
pagi itu terasa cukup melelahkan untukku.
Sesampainya kami di rumah, kami
langsung disuruh makan oleh ibunya.
Entah kenapa ibu yang ada dirumah tidak mau makan bersama kita, beliau
selalu menyuruh kita makan duluan. Tidak enak juga untuk memaksa, akhirnya aku
dan kedua temanku memutuskan untuk makan duluan. Surabinya enak karena dimakan saat masih
panas.
Saat aku dan teman-teman sedang makan, ada
seorang penjual kue keliling berhenti didepan rumah. Ternyata Bu Cece membelikan kami
gorengan. Sebetulnya penjual kue
tersebut tidak hanya menjual gorengan tapi kue-kue lain juga ada. Aku yang sudah jarang melihat pedagang kue
seperti itu merasa sangat kagum. Aku
suka melihat pedagang seperti itu, yang berjalan kaki sambil memikul sebuah
keranjang aluminium. Walaupun panas, ia
tetap semangat berjualan, tak lupa senyuman manis ia berikan pada setiap orang
yang dilewatinya. Sebenarnya aku ingin
mengajak ngobrol pedagang tersebut, tapi ia cepat sekali pergi.
Setelah
selesai makan dan beberes, aku dan teman-teman mandi dan bersiap karena
kegiatan setelah ini adalah kunjungan ke pemerintahan.
…
Setelah kami
semua berkumpul di pendopo, kami segera berangkat ke kantor pemerintahan. Perjalanan memakan waktu yang cukup lama,
sekitar 20 menit berjalan kaki. Tapi
perjalanan panjang tersebut terasa sangat singkat, karena kami disuguhi
pemandangan yang sangat indah. Tentunya
pemandangan tersebut sulit atau bahkan tidak bisa kami lihat di kota.
Setelah tiba
di kantor pemerintah, kami bertemu dengan salah seorang yang bekerja
disana. Kami juga sempat bertemu dengan
RT RW desa sebelah. Mereka bilang pemerintah
sedang ada urusan jadi tidak bisa menemani kita. Disana kita melihat peta kecamatan
Rancakalong dan mendapat penjelasan tentang Kampung Rancakalong. Setelah sekitar 1 jam kita di kantor
pemerintahan, kita pamit kemudian kembali ke rumah masing-masing untuk makan
siang karena saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 12 siang.
Setelah kami
semua makan, kami kembali berkumpul di pendopo tempat awal kami berkumpul. Agenda kami hari ini adalah membahas tentang Upacara
Ngalaksa, Kampung Rancakalong dan tokoh sejarah. Aku yang memiliki tema karya tulis ilmiah
tokoh merasa sangat bersemangat saat tahu agenda hari ini ada yang membahas
tentang tokoh. Kegiatan diskusi saat itu
berlangsung dengan sangat menyenangkan.
Para pengurus sanggar memberikan lumayan banyak candaan, sehingga
suasana cepat cair. Kata-kata yang
mereka gunakan juga mudah kami mengerti.
Walaupun timbal baliknya belum banyak, tapi informasi yang mereka berikan
bisa kmai serap dengan baik.
Saat membahas
tokoh, aku mencatat dengan sangat banyak.
Lebih dari 3 halaman aku habiskan untuk mencatat. Aku ingin karya tulis ilmiahku nanti bisa
lengkap dan bermanfaat bagi orang lain, tidak sekedar memenuhi tugas.
Setelah
kegiatan diskusi selesai, kami diberi waktu untuk menyebarkan angket ke
masyarakat. Untuk melengkapi karya tulis
ilmiah, kami harus mendapat sudut pandang dari masyarakatnya juga agar lebih
beragam. Aku sendiri awalnya sempat
bingung ingin menyebarkan angket kemana, karena di kampung ini sepi,
orang-orang pada diam di rumah dan jarang sekali yang keluar. Karena
bingung,akhirnya aku dan teman-teman mencoba untuk sedikit keluar kampung untuk
mencari responden.
Dari hasil
penjelajahan kami, akhirnya kami berhasil menemukan sebuah tempat, dimana kami
sepertinya bisa mendapatkan responden dengan umur yang beragam. Ya, tempat yang kami temukan adalah sekolah.
Awalnya kami bertemu dengan guru sekolah tersebut dijalan, dan setelah
menjelaskan tujuan kami, akhirnya kami diperbolehkan untuk ke sekolahnya, untuk
menyebarkan angket. Cukup lama kami berdiskusi
dengan guru lainnya, dan akhirnya kami menemukan jalan tengah, yaitu kami akan
menyebarkan angket sekarang dan akan diambil esok hari.
Setelah kami
kembali ke rumah, kami segera mandi dan makan malam. Kali ini kami makan bersama anak dari
keluarga kami. Ia bernama Ani. Walaupun kami tidak banyak, tp senang rasanya
bisa mengobrol dengan anak di keluarga. Oh iya, memang sebelum makan, aku
sempat memberikan angket kepada Ani dan teman-temannya yang kebetulan sedang
berada di rumah. Setelah itu, seperti
biasa kami membersihkan bekas makan.
Setelah
semuanya selesai, aku dan kedua temanku hanya bersantai di rumah, karena
berdasarkan diskusi tadi siang, briefing malam akan diadakan di rumah
kami. Cukup lama kami menunggu, sampai
akhirnya HP jadul yang kmai bawa berdering. Tapi di HP tersebut, aku tidak
menyimpan nomor siapapun, jadi aku tidak tahu siapa yang menelepon.
Aku mengangkat
telepon. Ternyata yang menelepon adalah
Kak Wewa, guruku. Ia mengatakan bahwa
briefing malam akan dipindah ke tempat lain, tidak seperti yang sudah
dijanjikan. Dan guruku yang satunya akan menjemput kami. Aku yang sedikit kesal hanya meng-iya-kan
perkataan Kak Wewa. Aku adalah orang
yang tidak bisa dengan mudah mengubah janji, itulah mengapa aku sedikit kesal
saat guruku mengatakan hal tersebut. Dan
berdasarkan diskusi kami tadi siang, kami akan mengadakan briefing malam di
rumahku dan sudah disepakati oleh semua pihak yang bersangkutan.
Hari itu sudah
malam dan gelap. Diantara kami, hanya
ada 1 orang yang membawa senter. Setelah
menunggu cukup lama, akhirnya guruku yang satunya, Kak Asep datang. Kami semua berpamitan kemudian
berangkat. Aku yang sudah sedikit kesal
akhirnya hanya diam saja selama di perjalanan.
Sesampainya disana, kami segera melakukan briefing. Briefing malam itu cukup singkat, dan tanpa
menunggu lama, aku kembali ke rumah bersama dengan teman serumahku.
Malam itu
menjadi malam yang cukup menantang untukku.
Walaupun bisa aku jalani dengan baik, tapi aku hanya berharap, semoga
besok bisa menjadi hari yang lebih baik lagi dan aku bisa lebih menjaga emosi
serta mood ku.
No comments:
Post a Comment