Setelah
upacara Hajat Golong selesai, aku dan teman-teman kembali ke rumah
masing-masing untuk makan malam dan bersiap untuk upacara selanjutnya, yaitu
Tarawangsa. Jujur aku sangat tidak sabar
untuk ikut tarawangsa, karena dari yang aku baca, kegiatan tersebut banyak
sekali kaitannya dengan alam lain. Ada
yang bilang kegiatan tersebut berhubungan dengan mahkluk gaib, ada juga yang
mengatakan itu upacara biasa. Jadi aku
ingin membuktikan sendiri, sebenarnya Tarawangsa itu upacara apa.
…
Karena
saat upacara Hajat Golong tadi kami sudah makan, kami semua memutuskan untuk
makan malam sedikit saja, hanya untuk mengganjal. Tapi malam itu cukup berbeda dirumahku. Bapak dan ibu di rumahku sibuk sekali dan
terlihat sering keluar rumah. Ternyata
mereka sibuk mempersiapkan acara tarawangsa nanti malam. Akhirnya aku dan kedua temanku disuruh untuk
makan duluan.
Malam
itu, kami berkumpul di rumah salah satu teman. Kami berkumpul sambil bermain
dan mengobrol bersama. Beberapa dari
kami juga ada yang tertidur karena kelelahan.
Aku sangat menyukai udara dan suasana malam hari di Kampung Rancakalong karena
udaranya masih segar dan langit masih terlihat cerah, tidak seperti di kota
yang kalau sudah malam berubah menjadi hitam.
…
Sebentar
lagi waktu menunjukkan pukul 8. Kami
akan segera berangkat ke pendopo, tempat dilaksanakannya Tarawangsa. Sebelum kami kesana, kami singgah dulu di
rumah Pak RT. Disana, kami membuat teh
susu yang rasanya enak sekali. Walaupun
bahan yang digunakan sederhana, tapi rasanya enak dan cukup untuk menghangatkan
tubuh kita yang dingin. Sekitar 10 menit
kita mium kemudian kami langsung pergi ke pendopo.
Sesampainya
kami disana, terlihat sudah banyak orang yang datang. Mayoritas yang datangnya adalah ibu-ibu. Mereka terlihat asik mengobrol satu sama
lain. Oh iya, peraturan yang ada di
kampung itu adalah kalau kita datang ke suatu forum, kita harus menyalami semua
orang yang sudah berada disana. Di
depan, terlihat ada 2 patung kecil dan beberapa sesajen yang sudah didoakan
oleh sesepuh.
Dan
setelah kami bersalaman, kami menempati tempat yang kosong kemudian duduk. Cukup lama kami menunggu, sampai akhirnya
acarapun dimulai. Aku yang tadinya
semangat, tiba-tiba jadi malas karena sudah sedikit mengantuk juga. Tapi karena aku penasaran dengan tarawangsa,
akupun berusaha untuk menghilangkan rasa kantuk tersebut.
Bapak
kepala desa dan beberapa pengurus sanggar berbicara. Aku pikir pembuka tersebut hanya sebentar dan
setelah itu kami akan memulai acara tarawangsanya, tapi ternyata pembukaannya
lama sekali, hampir 2 jam. 2 jam itu
hanya kepala desa dan 2 pengurus sanggar yang berbicara. Ingin rasanya kembali ke rumah, merebahkan
tubuh kemudian tidur. Entah kenapa, hari
itu, aku merasa lelah sekali, padahal kegiatan hari itu tidak sepadat kegiatan
kemarin. Aku melihat teman-temanku yang
lain dan ternyata sudah ada beberapa yang tertidur.
Setelah
2 jam berlalu, akhirnya alat musik khas Rancakalong yaitu Tarawangsa mulai
dimainkan. Selain Tarawangsa, kecapi
juga dialunkan. Saat musik dialunkan,
kami yang perempuan dibagikan kain dengan berbagai warna, ada yang merah,
kuning, putih dan hijau. Awalnya kami
bingung, kain ini untuk apa, dan ternyata kami harus menari menggunakan kain
tersebut. Pada awalnya ada seorang ibu
yang berjalan ke tengah lingkaran kemudian dia mulai menari dan katanya sih ada
yang mengendalikan tubuhnya saat menari.
Yang awalnya hanya 1 orang, semakin banyak ibu-ibu yang berjalan ke
tengah dan menari.
Masyarakat
lain yang tidak ikut menari mengajak kami untuk ikut menari ditengah, tapi kami
semua menolak. Aku sih jujur malu menari
ditengah, karena aku memang kurang suka menari apalagi didepan orang baru yang
banyak. Tapi tangan kami ditarik oleh
beberapa pengurus sanggar dan mau tidak mau kami pun jadi ikut menari
ditengah. Kain yang tadi kami dapatkan,
dipakaikan oleh ibu-ibu dipundak kami.
Kami harus menari sambil memegang kain tersebut, dan katanya lama
kelamaan kami akan bergerak dengan sendirinya.
Musik
terus dimainkan, hingga aku mulai merasa lelah.
Kami menari cukup lama dan gerakannya berbeda-beda, ibu-ibu disana
membantu kami untuk menarikannya dengan baik.
Akhirnya musik berhenti dan kami diperbolehkan untuk beristirahat. Ternyata ditempat duduk kami sudah disediakan
beberapa makanan ringan seperti biscuit dan keripik. Tidak sia-sia perjuangan
kami menari tadi HAHAHA…
Setelah
makan, sekarang giliran kami melihat yang laki-laki menari. Awalnya ada seorang bapak yang berjalan ke
tengah dan menari. Tarian beliau berbeda jauh dengan yang tadi ditarikan oleh
ibu-ibu. Tariannya terlihat lebih kasar
dan menyeramkan. Ia membawa seperti
golok yang dibungkus ditangannya. Kami
yang perempuan saling berpegangan tangan, jujur kami semua ketakutan melihat
tariannya yang begitu bersemangat dan kasar.
Cukup
lama ia menari, sampai akhirnya beliau mengajak guru kami yang laki untuk
menari juga. Ia memakaikan sebuah kain pada guru kami dan memberikan goloknya
pada guru kami. Dan saat golok itu
diberikan, guru kami langsung menari dengan lincah dan heboh. Menarik sekali
pengalaman malam itu, karena aku bisa mendapatkan jawaban dari pertanyaan yang
selama ini ada di kepalaku.
…
Setelah
kegiatan menari tersebut, kami diberikan waktu untuk istirahat. Kami diberikan
waktu untuk ke toilet, dan melakukan peregangan sedikit. Aku merasa sangat pegal, karena dari tadi
hanya duduk diam di lantai. Belum lagi udara saat itu dingin sekali, jadi
tantangannya double..
Melihat
waktu yang sekarang hampir menunjukkan pukul 12 malam, akhirnya pengurus
sanggar menanyakan pada kami, apakah kami akan ikut upacara sampai akhir atau
tidak. Beberapa dari kami ingin
melanjutkan upacaranya, tapi ada juga yang sudah lelah jadi ingin segera
tidur. Dan setelah kami berdiskusi,
akhirnya kami memutuskan untuk mengikuti lagi upacar tarawangsa, sampai
semuanya benar-benar mengantuk.
…
Selanjutnya
ada beberapa orang yang menari-nari lagi.
Upacara itu terasa semakin meriah saat musik yang dimainkan semakin
kencang. Kami yang perempuan diajak
untuk menari lagi dan sekarang aku mulai menikmati serunya upacara Tarawangsa
ini. Sampai tidak terasa ternyata sekarang
sudah menunjukkan pukul 2 subuh. Kami
mulai mengantuk dan tidak semangat lagi mengikuti kegiatan ini. Beberapa teman bahkan sudah ada yang tertidur
di lokasi. HAHAHA, lucu melihat
teman-temanku tertidur seperti itu.
Kamipun
berpamitan dengan warga yang masih berkegiatan.
Kami dibriefing sebentar oleh kakak kemudian kami diperbolehkan untuk
kembali ke rumah masing-masing. Jadwal
yang diberikan kakak kepada kami tentang Tarawangsa berbeda jauh dengan
realisasinya. Di jadwal seharusnya acara ini selesai pukul 10 malam, tapi
ternyata jam 10 baru selesai pembukaannya saja.
…
Setibanya
aku dirumah, aku dan teman-teman langsung bersiap tidur. Rasanya mata ini sudah
tidak kuat lagi untuk terbuka. Setelah beres, aku dan teman-teman langsung
merebahkan diri di kasur. Walaupun
mengantuk, kami masih saja mengobrol membicarakan banyak hal, sampai akhirnya
kami semua tertidur. Sepertinya kami
baru tertidur pukul 3 subuh.. HAHAHAHA