Hari Rabu kemarin,
tepatnya tanggal 5 September 2018, kami kelas 9 melakukan perjalanan pertama,
yaitu perjalanan ke Kampung Cireundeu.
Kampung Cireundeu merupakan salah satu kampung adat yang terletak di
Cimahi. Konon katanya Kampung Cireundeu
ini memiliki banyak budaya yang menarik untuk digali, salah satunya tentang
rasi. Apa itu rasi? Pasti kalian semua
bertanya-tanya. Nah untuk mengetahui lebih
lanjut tentang rasi dan Kampung Cireundeu, lanjutkan bacanya yaaa😊
Kami sekelas
berangkat ke Kampung Cireundeu pada pukul 07.30. Kami menaiki beberapa angkot untuk bisa tiba
di Kampung Cireundeu. Kami akhirnya tiba
pukul 9 pagi. Setibanya disana, kami
harus berjalan lagi cukup jauh untuk tiba di rumah yang kami tuju. Disana kami bertemu dengan narasumber yaitu
Kang Tri. Tanpa menunggu lama, kami
langsung memulai acara. Disini Kang Tri
banyak membagikan informasi tentang Kampung Cireundeu pada kami. Kami juga banyak bertanya pada beliau, jadi kegiatan
ini seperti kegiatan diskusi.
Setelah
kegiatan diskusi, kami diajak Kang Tri untuk mendaki salah satu gunung yang ada
di kampung, yaitu gunung Puncak Salam. Ada
hal unik yang kami lakukan saat mendaki gunung, yaitu kami tidak diperbolehkan
untuk mendaki menggunakan sepatu. Jadi kami
mendaki gunung tersebut dengan telanjang kaki.
Itu menjadi tantangan tersendiri untukku karena tanah di gunung banyak
batu serta banyak daun kasarnya jadi cukup sakit juga saat mendakinya. Cukup lama kami mendaki, sampai akhirnya kami
tiba di puncak. Disana kami mendengarkan
beberapa cerita unik dari Kang Tri. Saat
kami tiba di puncak, terlihat awan sudah mulai mendung dan sepertinya mau
hujan.
Menurutku, mendaki
gunung ini adalah pengalaman yang paling unik, menyenangkan dan baru untukku.
Sebenarnya mendaki gunung sudah biasa, namun karena telanjang kaki jadinya baru
untukku. Awalnya aku takut untuk mendaki
gunung tanpa alas kaki. Awalnya aku
pikir akan ada ular, kodok dan binatang lainnya. Tapi ternyata baik-baik saja hanya kakiku
kotor sekali terkena tanah dan batu. Menyenangkan!!!
Setelah kami
mendaki gunung, kami pun memutuskan untuk turun. Setelah lama berjalan, akhirnya kami tiba di
bawah. Menurutku, proses turun gunung
lebih susah dibandingkan saat naik gunung, karena kami harus menentukan pijakan
mana yang pas agar kaki tidak sakit. Setelah tiba di bawah, kami mencuci kaki
kemudian makan bekal. Rasanya tenagaku
sudah habis terkuras saat mendaki gunung.
Setelah makan, rasanya tenagaku sudah kembali lagi.
Setelah itu
kami mengikuti workshop membuat rasi. Rasi
sendiri adalah makanan pokok warga di kampung.
Rasi sendiri terbuat dari singkong.
Warga Kampung Cireundeu tidak ada yang makan beras, bahkan saat aku
mewawancarai salah satu warga yang berumur 58 tahun ia menyatakan bahwa ia tidak pernah
makan beras dan tidak tahu rasanya seperti apa.
Setelah
melakukan serangkaian acara yang melelahkan di Kampung Cireundeu, akhirnya selesai
sudah perjalanan kami disana. Kamipun
pamit dengan Kang Tri dan beberapa warga disana. Kemudian melakukan perjalanan pulang ke
sekolah.
...
Perasaan yang aku rasakan ada
banyak sekali. Semuanya bercampur aduk
susah untuk dijelaskan. Namun secara umum
aku merasa senang bisa bertemu dengan orang-orang yang sangat hangat menyambut dan bisa mendaki gunung. Pokoknya hari itu merupakan hari yang sangat menyenangkan
dan berkesan untukku!! 😊
Nilai yang aku dapatkan dari
perjalanan kali ini ada banyak salah satunya adalah bahwa kami bisa mewariskan
semuanya yang kita punya, asalkan kita punya komitmen dan memiliki tekad yang kuat. Dan kita juga bisa kuat kalau kompak dan
saling mengerti satu sama lain😊
...
Sekian cerita perjalanan dan refleksiku saat ekspedisi
kampung adat pertama. Semoga ceritanya
bermanfaat bagi kalian😊