3.02.2018

Persiapan Perjalanan Besar #1


Persiapan Perjalanan Besar
Perjalanan besar merupakan salah satu kegiatan yang paling ditunggu-tunggu oleh kami, siswa-siswi kelas 8 Semi Palar.  Oleh karena itu, sebelum berangkat kami harus  mempersiapkan berbagai hal, seperti kesiapan fisik, ketahanan berpikir, kemampuan wawancara, kemampuan bertamu dan masih banyak lagi.  Untuk mengembangkan kemampuan dalam hal bertamu, kakak memberikan kami sebuah tantangan yaitu untuk berkunjung ke rumah kerabat sekalian mengembangkan kemampuan kami dalam bidang wawancara. 
Sebelum berangkat aku harus mempersiapkan banyak hal.  Pertama-tama aku harus menentukan kemana aku akan pergi kemudian menentukan kapan aku akan kesana. Setelah janjian dengan pemilik rumah, aku membuat beberapa daftar topik pembicaraan dan pertanyaan yang akan aku ajukan nanti.   Setelah semuanya selesai, aku tinggal menunggu kapan hari tersebut tiba…  
Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba… Hari Sabtu 17 Februari 2018 aku mengunjungi kediaman salah satu teman papaku, yaitu rumah Om Tjahyadi.  Aku berangkat menaiki angkot pukul 09.00 dan tiba di sana pukul 09.30.  Aku menaiki angkot dengan jurusan Ledeng-Kebon Kalapa.  Kebetulan aku naik dari terminal Ledeng sehingga harus menunggu cukup lama agar angkot terisi penuh. Lokasi terminal Ledeng berdekatan dengan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) sehingga terminal terlihat ramai pada waktu itu. 
Setelah angkot penuh, akhirnya supir angkot mulai menjalankan kendaraannya. Kurang lebih ada 8 penumpang lainnya yang ada didalam angkot itu. Penumpang angkot tersebut terdiri dari berbagai kalangan usia.  Ada yang masih remaja sampai yang sudah tua. Selama diperjalanan, banyak penumpang yang naik turun. Ditengah perjalanan ada seorang ibu-ibu yang bertanya kemanakah tujuanku soalnya aku pergi sendirian dan waktu itu terhitung masih pagi.  Ibu tersebut terlihat baik dan ramah sehingga aku pun tidak ragu untuk menjawab pertanyaan ibu tersebut.  Lalu lintas pagi itu lumayan padat, terdengar suara klakson mobil yang bersahut-sahutan. 
Tidak terasa, akhirnya aku pun sampai di rumah yang ku tuju.  Kondisi rumah pada waktu itu masih sepi.  Walaupun sepi, didepan rumah sudah banyak kendaraan yang berlalu lalang.  Didepan pagar, aku menekan bel rumah.  Tanpa perlu menunggu lama aku pun langsung dibukakan pagar oleh pembantu di rumah tersebut.  Sesampainya didalam aku dipersilakan duduk.  Karena pemilik rumah belum turun, akhirnya aku memutuskan untuk mengecek HP ku terlebih dahulu.  Tidak sampai 5 menit, Om Tjahyadi turun kemudian mulai menyapaku.  Aku pun langsung menyimpan Hp ku kemudian berdiri untuk menyalami beliau.  Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mencairkan suasana.  Karena aku memang sudah dekat dengan om Tjahyadi jadinya saat mencari topik pembicaraan tidak sesulit saat mengobrol dengan orang lain.  Om Tjahyadi merupakan teman TK papaku jadi sudah sangat dekat dengan keluargaku. 
Saat mengobrol kami membahas banyak topik, mulai dari kegiatan sehari-hari sampai hal yang lebih spesifik.  Saat aku baru mau memulai pembicaraan, aku disuguhkan berbagai kue kering dan segelas teh manis hangat.  Jujur pada saat akan memulai pembicaraan aku merasa takut. Aku takut nanti akan salah saat bicara atau salah melontarkan pertanyaan yang nantinya akan membuat Om Tjahyadi sakit hati atau jadi tidak enak denganku.  Makanya aku tidak banyak berbicara diawal obrolan, aku lebih banyak mendengarkan, karena didalam pikiranku, banyak pertanyaan-pertanyaan yang ingin ditanyakan beserta semua pertimbangannya. Om Tjahyadi akhirnya memulai pembicaraan dan mulai bertanya “Gimana sekolah kamu?” aku menjawab dengan cepat, namun sambil menjawab sebenarnya didalam hati, aku deg-degan karena takut salah ngomong nanti.  “Baik om, lancar semuanya gimana pekerjaan om?” begitu aku jawab.  Mulai dari pembicaraan sederhana, akhirnya obrolan kami mulai mengalir dengan lancar.  “Kamu sekarang lagi suka apa? Cita-cita kamu apa sih? Gimana perjalanan tadi kesini?” itu adalah beberapa pertanyaan yang dilontarkan oleh Om Tjahyadi kepadaku.  Memang itu merupakan pertanyaan yang sangat biasa ditanyakan, namun dari pertanyaan-pertanyaan itulah aku dan Om Tjahyadi bisa jadi mengobrol banyak. 
Setelah obrolan antara aku dan Om Tjahyadi hampir selesai, anak-anak Om Tjahyadi beserta istrinya turun kebawah.  Sehingga aku mengurungkan niatku untuk pulang.  Aku tidak mengobrol banyak dengan istrinya, aku lebih banyak mengobrol dengan anak-anaknya yang bernama Boby dan Erica.  Namun ya namanya juga anak-anak jadi obrolannya tidak terlalu bermutu dan banyaknya obrolan yang receh.  Kira-kira sampai pukul 11.00 aku mengobrol di ruang tamu.
Setelah itu, aku diajak Erica untuk naik ke atas dan main di kamarnya.  Diatas aku dan Erica banyak mengobrol, seperti membahas sekolah, pelajaran dan beberapa hal lainnya.  Menyenangkan sekali.  Karena bosan didalam kamar, akhirnya aku dan Erica memutuskan untuk keluar kamar dan main diluar saja.  Ternyata di luar kamar ada Boby, kakak dari Erica yang sedang bermain game PS.  Awalnya aku dan Erica hanya menonton Boby bermain game, tapi lama kelamaan karena gamenya terlihat seru aku dan Erica jadi tertarik untuk ikut.  Game tersebut memang memiliki sedikit unsur kekerasan.  Karena kita bermain dengan menyenangkna, tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 12.00.  Dan aku masih dirumah orang sendirian juga. 
Aku pun memutuskan untuk pulang Namun saat aku turun tangga aku berpapasan dengan pembantu rumah tangga di rumah itu.  Dia terlihat sedang sibuk membawa piring-piring makanan.  Dan piring itu ada 3! Aku pun kaget melihatnya.  Tiba-tiba pembantu itu berbicara padaku “Eh mau kemana? Ini makan dulu atuh udah siang nihh…belum makan kan?”.  Sebenarnya perut aku juga lapar dari tadi minta diberi makan.  Aku pun mengurungkan niatku kembali untuk pulang.  Akupun kembali keatas dan akhirnya makan bersama dengan Erica dan Boby.  Ternyata dalam keluarga Om Tjahyadi, mereka tidak memiliki kebiasaan untuk makan Bersama saat makan siang. 
Setelah makan, aku langsung melihat jam.  Kini jarum jam sudah menunjukkan pukul 12.46.  Dengan gesit, aku langsung mengajak Erica untuk mengembalikan pirinig ke bawah agar niatku untuk pulang tidak batal lagi.  Dibawah ternyata ada Om Tjahyadi dan istrinya yang juga sedang makan sambil menonton TV.  Setelah mengembalikan piring aku pun pamit dengan Erica dan pamit dengan Om Tjahyadi serta istrinya.   Pada awalnya aku dicegat pulang “kok cepet-cepet banget udh pulang lagi? Main aja dulu disini” seru istrinya.  “Udah tante dari tadi main hehehe sekarang mau balik dulu.. Nanti kapan-kapan aku main lagi kesini😊” aku menjawab. 
Setelah berpamitan aku pun mengambil barang-barangku kemudian langsung pulang.  Om Tjahyadi dan istirnya mengantarkanku sampai ke pagar.  Pas pulang, aku harus menunggu angkot lebih lama dari saat berangkat.  Angkot yang aku naiki saat pulang tidak terlalu ramai.  Hanya ada 2-4 penumpang yang ada diangkot itu bersamaku.  Kurang lebih perjalanan selama 1 jam dengan macet disana-sini, sampai akhirnya aku sampai di rumah kembali.
Kisah ku selama berkunjung ini sangatlah menyenangkan.  Banyak suka dan duka saat melakukannya.  Persiapan untuk perjalanan besar tidak sampai disini, masih banyak lagi latihan yang harus kami lakukan agar benar-benar siap saat Perjalanan Besar nanti.  Tunggu cerita persiapan perjalanan besar kami yang lainnya yaa!! 

No comments:

Post a Comment