9.28.2019

Kuliner Menarik di Singaraja #2

Di sekitar Universitas Pendidikan Ganesha  di Singaraja setiap malamnya ada banyak pedagang kaki lima yang menjual berbagai macam makanan.  Setelah melihat-lihat, aku memutuskan untuk makan di pedagang nasi tempong.  Apa itu nasi tempong? Nasi tempong adalah makanan yang berisi nasi, ketimun dan selada sebagai sayur dan ayam (bisa bakar atau goreng) yang disiram dengan sambal.


Nasi Tempong yang disiram sambal
Nasi tempong tidak pedas
Tanpa berpikir lama, aku dan keluargaku langsung memesan 4 porsi nasi tempong.  Yang membuat kami lebih tercengang adalah harga seporsi nasi tempongnya, yang hanya 8.000 rupiah. Menarik bukan?! Kami juga tidak menunggu terlalu lama, karena tidak sampai 5 menit, pesanan kami sudah datang dengan asap mengepul dari atas nasi dan ayam.  Selain mendapatkan seporsi nasi tempong, kita juga mendapat segelas teh manis hangat. Karena disini tidak disediakan sendok garpu. 



Pemilik nasi tempong ini juga ramah sekali kepada kami, saat kami datang dan bertanya apa itu nasi tempong ia menjelaskan dengan  sabar dan tersenyum, walaupun disana sedang ramai saat itu.  Sambil menunggu pesanan, kami juga sempat mengobrol dengan pemilik warung yang sekaligus menjadi penjaga kasir.


Rasa nasi tempong sendiri menurutku enak sekali, karena perpaduan rasa manis,asin dan pedasnya pas.  Porsinya juga banyak jadi untuk membayar seharga 8.000 aku merasa untung sekali.  Setelah makan, kami membayar dan menyempatkan waktu untuk mengobrol lagi dengan pedagangnya.  Ia bertanya kami dari mana dan mengingatkan kami untuk datang lagi di lain waktu. Setelah itu kami berjalan kembali ke mobil. 


Di perjalanan kembali ke mobil, aku melihat ada pedagang martabak dengan harga yang cukup murah.  Untuk di Singaraja, mungkin harganya terhitung mahal, tapi untuk aku yang orang Bandung, menurutku itu termasuk murah.  Dengan harga 15.000 sudah dapat martabak (yang disini disebut terang bulan) dengan ukuran besar dan isian yang cukup banyak.  Aku memesan martabak double keju dan harganya hanya 15.000.  Di Bandung mana dapat martabak double keju dengan harga 15.000??? Setelah martabaknya jadi, penjual langsung memarutkan keju yang banyak diatasnya dan memberikan susu kental manis yang banyak.  Setelah itu ia memotongnya dan memasukkannya ke dalam dus. Tekstur martabaknya enak, tidak terlalu kenyal maupun terlalu keras, tapi pas.  Rasanya juga pas manisnya dan setelah ditambah keju, rasanya jadi tambah enak.  

Martabak manis dan martabak telur
Disebelah tukang martabak, ada penjual nasi goreng.  Karena dalam rangka riset,kami memutuskan untuk mencoba juga nasi gorengnya.  Nasi goreng ini dijual mulai dari harga 10.000-15.000.  Karena ingin tahu, kami memesan nasi goreng yang 15.000.  15.000 ini sudah mendapatkan nasi dengan porsi jumbo, ayam, telur, sosis dan sayur.  Murah bukan??  Sambil menunggu nasi goreng, kami memutuskan untuk jalan-jalan lagi disekitar sana dan melihat-lihat lagi, apakah ada pedagang kaki lima lain yang menarik.  TIdak jauh dari sana, ada beberapa pedagang lain, seperti pedagang bubur ketan item, kacang ijo, angsle dan es campur.


Hasil gambar untuk tipat cantok
Tipat Cantok


  Untuk makan beratnya, selain nasi tempong, nasi campur, syobak dan blayag, ada juga yang namanya tipat cantok.  Tipat cantok itu mirip dengan kupat tahu kalau di Bandung. Bumbu kacang yang digunakanpun dibuat sendiri oleh nenekku, beliau ngulek kacangnya sendiri dari kacang yang disangrai sendiri.  




 
Laklak dan klepon dengan kelapa

Untuk cemilan, selain terang bulan ada juga laklak, cemilan khas Singaraja.  Laklak itu kue yang menyerupai surabi tapi berukuran lebih kecil dan berwarna hijau dengan topping kelapa parut dan gula merah.  Harganya bisa kita request dan kemarin aku membeli seharga 3000 dan mendapat 4 buah laklak ,3 buah klepon dengan ketan dan kelapa yang banyak.  Ada juga kue-kue basah yang harganya pas di kantong, hanya Rp.1000/pcs.  . Pilihannya banyak, mulai dari onde, clorot, pie susu sampai berbagai macam gorengan.  
Berbagai kue basah




Didaerah Kampung Tinggi, Singaraja, aku menemukan sebuah toko roti yang sudah lama berdiri disana.  Namanya Toko Roti Go.  Pemiliknya ramah sekali jadi tadi kami sempat mengobrol sebentar.  Ternyata toko roti ini sudah ada sejak 1950.  Ada banyak pilihan roti dengan café kecil disebelahnya.  Saat ini aku hanya membeli roti-roti yang direkomendasikan, yaitu roti tawar dan roti menteganya.  Harganya hanya 10.000/pcs dan ukuran rotinya cukup besar.  Setelah selesai mengobrol dan membayar, kami pamit dan berjalan lagi. 




Di perjalanan pulang, kita melihat tempat jualan nasi campur dan syobak yang lain yaitu Syobak Aye.  Berbeda dengan yang aku makan kemarin.  Karena penasaran, aku pun masuk ke toko itu dan menanyakan harganya.  Ternyata harganya jauh lebih murah dibandingkan yang kemarin.  Nasi campurnya hanya 20.000 per porsi dan syobaknya bisa pilih mau yang 20.000 atau 25.000.  Karena mau mencari yang murah, kami memutuskan untuk membeli yang 20.000.  Rasanya enak dan sebungkusnya besar sekali porsinya, lauk pauknya juga lengkap. Selain nasi campur Aye, ada juga nasi campur Sukadana yang letaknya berdekatan.  


Lumpia goreng dengan saus
Saat kami kembali ke rumah (sekitar sore hari), aku melihat ada pedagang lumpia kering.  Katanya tanteku dulu suka membeli lumpia ini dan katanya rasanya enak sekali. Karena penasaran, aku memutuskan untuk membeli lumpianya.  Harga perbuahnya hanya 1000 rupiah.  Murah bangettt.  Selain menjual lumpia, pedagang itu juga menjual Rambanan salah satu makanan khas juga yang menggunakan ketupat.  Rambanan ini juga cukup mirip dengan blayag yang waktu itu dibeli di pasar.  Pedagangnya ramah juga, jadi saat membeli kami banyak mengobrol dengan pedagangnya.  Ia juga memberikan saos yang banyak untuk lumpianya.  Saat tiba di rumah kami langsung mencoba dan memakan lumpianya.  Ternyata saosnya pedas tapi rasanya enakkk sekalii.  Saosnya terbuat dari tauco dan kecap tapi rasanya nikmat sekali.  Dengan harga 1000 menurutku ini sudah mewah sekali.   


Keesokan harinya aku iseng mencoba makanan di tempat makan yang sudah cukup terkenal di Singaraja, yaitu Warung Nasi Jokwi.  Katanya rasa makanannya enak dan harganya juga murah.  Saat masuk aku menanyakan harga satu porsinya, ternyata hanya 15.000. Didalam satu porsinya sudah dapat sepotong ayam goreng, setengah telor rebus, berbagai olahan ayam, bayam yang direbus dan nasi yang banyak sekali.  Tak lupa ia juga memberikan sekantong kuah rawon sebagai teman makan. 

Sekian review berbagai makanan yang ada di Singaraja, semoga bisa bermanfaat bagi para pembaca.  Bagi yang memiliki pertanyaan atau masukan bisa langsung comment saja di bawah yaaa:))

Kuliner Menarik di Singaraja #1

Tanggal 12 September kemarin aku berangkat ke Bali, karena ada acara yang harus aku hadiri dan ada beberapa hal yang harus aku lakukan disana. Kalau di Bali, aku biasanya tinggal di rumah nenekku yang terletak di kota Singaraja.  Singaraja merupakan kota kecil yang letaknya di bagian Utara Pulau Bali.  Karena aku tinggal di Singaraja untuk waktu yang cukup panjang, aku pun menyempatkan waktu untuk mencari tahu makanan yang ada di Singaraja.  Walaupun sering ke Singaraja, tapi aku jarang mencari tahu makanan kaki lima dan yang khas dari Singaraja.  


Foto Nasi Campur Betty
Dari Denpasar, perjalanan menuju Singaraja melewati Bedugul, salah satu jalur gunung yang terkenal di Bali.  Karena kebetulan aku lewat disaat makan siang, aku memutuskan untuk makan di Depot Makan Betty, yaitu warung makan babi guling yang sudah rutin aku datangi.  Disana makan dengan harga 25.000, kita sudah mendapatkan nasi dengan porsi kuli, berbagai jenis masakan dari babi, lawar (sayur khas bali) dan kuah (bisa kuah rawon dengan tulang dan daging babi, atau kuah bakso dengan bakso 5 biji). Rawon di Bali tidak sama dengan rawon di Jawa.  Rawon di Bali berkuah kuning karena dimasak dengan bumbu abse genep khas Bali. Selain menyajikan makanan yang enak, kita juga disuguhkan pemandangan yang sangat indah.  Disana, pemandangannya lembah denganhutan yang rindang dan burung yang beterbangan.  Setelah selesai makan,   aku langsung melanjutkan perjalanan menuju Singaraja.  Perjalanan dari Denpasar menuju ke Singaraja memakan waktu sekitar 2,5 jam.  Hari itu aku tiba di Singaraja di sore hari.  

Foto Penjual Blayag
Keesokan harinya, aku ikut nenekku ke pasar.  Biasanya nenekku ke pasar sekitar jam 5 subuh karena mencari sayur dan buah yang masih segar dan biasanya harganya jauh lebih murah dibandingkan nanti saat siang hari atau sore hari.  Tak lupa, aku dan nenekku membeli blayag, salah satu makanan khas Singaraja.  Makanan itu terdiri dari lontong, krupuk ceker, urab, kelapa sangrai, ayam dan disiram kuah kuning yang kental.  Dengan harga 4000 kita sudah mendapatkan porsi yang sangat besar dan lengkap.  Aku bahkan bisa memakannya untuk 2 kali.


Syobak dengan Nasi
Siang harinya, aku mendatangi salah satu pedagang syobak yaitu Syobak Khelok yang sudah melegenda.  Hampir setiap orang yang membeli syobak akan datang dan membeli syobak disini. .  Apa itu Syobak? Syobak sendiri adalah makanan khas Singaraja yang berbahan dasar babi.  Mulai dari kulit, jeroan, dan tentu saja dagingnya.  Kemudian disiram dengan kuah berwarna coklat yang rasanya manis pedas.  Tak lupa diberikan acar ketimun dan cengek iris.  Rasanya enak sekali dan dengan harga 25.000 lagi-lagi kita sudah mendapatkan porsi yang besar.  



Setelah makan siang, aku memutuskan untuk jalan-jalan disekitar rumah.  Karena Singaraja merupakan kota kecil, berjalan sebentar pun, kita sudah berhasil mengelilingi kota.  Kali ini aku hanya menjelajahi beberapa jalan saja dan masuk ke beberapa gang.  Aku juga sempat memasuki beberapa toko, dan membeli beberapa barang yang menarik.  Diperjalanan pulang, aku melihat ada banyak sekali pedagang kelapa muda. Ditengah siang bolong yang panas ini, siapa yang tidak tertarik dengan kelapa muda.  Airnya yang segar dan dagingnya yang tebal tentunya sudah merasuki otakku yang saat itu juga sedang kehausan.  Setelah melihat-lihat, aku memutuskan untuk membeli dari salah satu pedagang di bak mobil.  1 kelapa harganya hanya 10.000.  Selain banyak, airnya manis dan dagingnya pun tebal.  Aku menghabiskan kelapa mudanya sambil berjalan pulang ke rumah.  


Sorenya sekitar jam 5, aku dan keluargaku pergi ke Pelabuhan Singaraja.  Aku pergi sekitar jam segitu untuk mencari sunset.  Dari rumah, pelabuhannya dekat, tidak sampai 5 menit.  Harga tiket mobil 5000 sedangkan kalau berjalan kaki tidak bayar tiket.  Saat itu pelabuhannya sedang ramai.  Karena hari sudah mulai sore, ada cukup banyak hiburan, seperti permainan pancing ikan, komidi putar dll.  Ada banyak penjual makanan juga, seperti cotton candy, gorengan, kentang goreng, crepes dan masih banyak lagi dengan kisaran harga yang murah.  


Es Kopi
Setelah itu, aku berjalan ke jembatannya yang letaknya lebih menjorok ke laut.  Disana aku banyak mengambil foto.  Di samping jembatan tersebut, ada banyak warung makan dengan berbagai jenis menu, mulai dari minuman, makanan ringan sampai makanan berat (ada makanan biasa dan ada yang seafood).  Karena warung itu menjorok ke laut, pengunjung bisa menikmati sunset sambil menikmati makanan yang disajikan. Harganya terjangkau mulai dari Rp.12.500.  Aku memesan es kopi dengan eskrim coklat diatasnya.



Setelah selesai menikmati sunset, aku berjalan kembali ke rumah.  Di perjalanan ke rumah, aku melihat ada pedagang kaki lima yang mulai membuka lapaknya.  Kata nenekku, salah satu makanan kaki lima khas Singaraja adalah angsle.  Angsle sendiri adalah makanan yang terdiri dari roti tawar yang dipotong persegi, bubur sumsum, bubur pacar, ketan putih yang kemudian disiram dengan kuah santan.  Harga seporsinya hanya 5000 dan makan angsle sore-sore rasanya enak sekali, walaupun tidak hangat seperti wedang ronde.  

Angsle





Bersambung...