12.27.2018

Harta Yang Paling Berharga Adalah Keluarga... #2


                Karena hujan semakin deras, akhirnya aku dan teman-teman memutuskan untuk kembali ke rumah.  Setibanya kita dirumah, ibu dan bapak dirumahku langsung bertanya habis dari mana saja.  Ternyata mereka sangat khawatir dengan kami.  “Neng dari mana aja atuh, ini ujan jangan kemana-mana ya”kata Pak Rohendi menasihati kami.  Aku merasa tidak enak, karena sudah membuat Pak Rohendi dan Bu Cece khawatir.

                Selama di rumah, aku, Hana dan Alika hanya mengobrol sambil menyantap cemilan yang disediakan.  Ternyata makanan khas Rancakalong enak-enak dan bikin ketagihan.  Walaupun makanan yang ada sana, ada juga di Bandung, tapi rasanya beda, yang disana seperti lebih enak.  Hujan sore itu turun cukup deras dan lama.  Aku dan teman-teman sampai bingung mau melakukan apa lagi di rumah.  Ibu dan bapak dirumah kami juga mengobrol sendiri dibelakang, rasanya tidak enak kalau kami bergabung, takut mengganggu.  Anak yang ada di rumahku sudah pulang, tapi dia diam saja di kamarnya, mungkin belajar bersama kakaknya.  Paling kalau dia keluar, kami hanya bertegur sapa tidak mengobrol. 

                Karena tidak memungkinkan lagi untuk kami berkegiatan di luar, kakak memberitahu kami lewat SMS kalau kami akan bertemu lagi nanti malam, sekitar pukul 8 untuk melakukan evaluasi malam. Selama menunggu, aku, Hana dan Alika membereskan barang-barang, mandi serta membantu ibu menyiapkan makan malam.  Rumah yang aku tinggali cukup besar, tapi hubungan keluarganya sangat harmonis.  Mereka kompak dan saling membantu.  Makan malam kali ini cukup menarik untukku.  Menunya adalah nasi, mie instan, nugget dan lalapan.  Kami makan bersama sambil mengobrol. Senang rasanya bisa akrab dengan keluarga. Kita membicarakan banyak hal, dan dengan sangat cepat aku bisa akrab dengan keluarga. 

                Setelah makan, kami membantu ibu untuk membereskan makan malam.  Awalnya Bu Cece menolak untuk dibantu, tapi akhirnya mau setelah kami paksa.  Setelah semuanya beres, aku membereskan tas kemudian berpamitan dengan ibu di rumah.  Pak Rohendi sudah berangkat dari tadi, untuk berdiskusi dulu dengan kakak kelas.  Aku dan teman-teman pun berangkat.  Sesampainya kami ditempat, aku melihat teman-teman lain sudah datang.  Sebetulnya kami tidak boleh keluar rumah lebih dari jam 6 sore, karena takut ada hal-hal yang tidak diinginkan terjadi, tapi dihari pertama ini kami diberikan toleransi.  Jujur sebenarnya aku juga takut, karena biasanya peraturan disuatu kampung adatkan ada konsekuensinya yang berat dan aku takut itu terjadi diantara kami. 

                Tapi untungnya semua berjalan dengan baik dan aman.  Setelah melakukan evaluasi kami berjalan pulang ke rumah masing-masing.  Rumah yang aku tinggali arahnya berbeda dengan teman-teman lain, jadi kami berjalan hanya bertiga.  Sesampainya dirumah, Bu Cece terlihat senang, karena kami pulang dengan aman dan selamat.  Setelah beberes sebentar, aku, Hana dan Alika langsung bersiap tidur, karena saat kami pulang, sepertinya Ibu Cece juga sudah mau tidur.

                Aku Hana dan Alika tidur di ruang tamu rumah.  Kami berikan sebuah kasur kecil, jadi kita harus membuat kasur tersebut cukup untuk kita bertiga.  Cukup menarik perjalanan di hari pertama ini, walaupun hari ini dipenuhi oleh hujan, tapi seru.  Saat tidur juga aku sempat kebingungan, karena kaki aku keluar sangat banyak dari kasur.  Kalau dihitung, sepertinya hanya badanku sampai pinggul yang ada di kasur, sisanya jatuh ke lantai.  HAHAHAHA menarik !!!

Aku sangat tidak sabar menunggu kejutan apa yang akan terjadi besok.. Selamat malam semua!!

12.19.2018

Bikin Karya Tulis Ilmiah?? #1

          Karya tulis ilmiah, merupakan karya terbesar di semester 1 kelas 9.  Panik dan takut merupakan perasaan yang aku rasakan, saat tahu bahwa proyeknya adalah membuat sebuah karya tulis ilmiah.  Jujur aku merasa tidak PD saat diajak untuk membuat makalah.  Aku memang suka menulis, tapi tidak untuk menulis sebuah karya yang formal, seperti makalah.  Saat itu, aku sangat tidak terbayang, akan seperti apa karya tulis ilmiahku nanti.  

          Sebelum kita memulai pembuatan karya tulis ilmiah, kakak mengajak kita untuk brainstorming terlebih dahulu, agar lebih terbayang topik apa yang bisa kami bahas secara mendalam.  Setelah cukup lama melakukan brainstorming, akhirnya kami menemukan 3 topik besar yang akan kami jadikan topik karya tulis ilmiah, yaitu budaya, sejarah dan pertanian.  Aku sendiri memilih topik sejarah.  Hobiku mencari tahu tentang sejarah sangat besar.  Dalam kehidupan sehari-haripun aku suka sekali mempelajari sejarah.  Banyak orang bilang, sejarah itu memusingkan, tidak seru, dan mereka mengatakan bahwa aku aneh, karena bisa menyukai sejarah.  Tapi aku tidak peduli, selama aku menyukainya, kenapa tidak aku lakukan? 

          Untuk melengkapi karya tulis ilmiah, aku dan teman-teman melakukan sebuah observasi ke kampung adat di Sumedang, yaitu Kampung Rancakalong.   Sebelum berangkat, aku dan teman-teman melakukan banyak persiapan, mulai dari barang sampai persiapan fisik. Tidak terasa, tinggal 3 hari lagi kami berangkat.  Sebelum berangkat, aku sempat sakit dan tidak masuk sekolah.  Aku yang awalnya sudah sangat bersemangat jadi lesu dan tinggal berharap agar saat berangkat nanti sudah sehat.  




...

          Selasa, 23 Oktober, aku dan teman-teman berkumpul di halte bis Dipatiukur, depan Unpad.  Aku merupakan orang kedua yang datang.  Saat tiba disana, sudah ada kakak kelas juga Kak Diki, selaku koordinator jenjang SMP.  Aku sendiri bingung kenapa ada Kak Diki, dipikiranku, Kak Diki akan ikut, tapi ternyata tidak.  Setelah kami semua naik ke bis, Kak Diki pergi.  Aku sedikit kecewa saat tahu kalau Kak Diki tidak ikut, karena kalau Kak Diki ikut, biasanya perjalanan akan sangat menyenangkan.  Selama di bis, kami semua mengobrol dan bercanda bersama.  Saking serunya, kita sampai tidak sadar, kalau kita sudah tiba di Jatinangor, perhentian bus kita.  

        Setelah kita turun, kita disuruh untuk mencari angkot oleh kakak, agar bisa sampai di Kampung Rancakalongnya.  Cukup sulit untuk mendapatkan angkot yang murah, karena kebanyakan dari mereka minta diatas 150.000, sedangkan kita harus menghitung uang agar cukup untuk disana nanti.  Memang disana kita tinggal di rumah warga dan tidak usah memikirkan makan, tapi untuk oleh-oleh kita harus bayar sendiri, menggunakan uang yang kami tabung.  Akhirnya setelah cukup lama menawar, kami dapat angkot yang cukup murah, dibawah 150.000.  Kami semua langsung naik ke angkot.  Perjalanan ke Kampung Rancakalong cukup lama, sekitar 40 menit dari Jatinangor. Diperjalanan ada teman-teman yang makan dan mengobrol, aku sendiri hanya diam saja, paling berbicara saat ditanya, karena saat itu aku mual sekali.  

          Setibanya kita di Kampung Rancakalong, kita diajak untuk mendaki sebentar.  Pendakian itu terasa sangat melelahkan, karena hari itu, matahari sangat menyengat dan kita tidak ada yang membawa topi.  Setelah mendaki cukup lama, kita diajak masuk ke sebuah tempat, yang bentuknya seperti pendopo. Disana kami bertemu dengan Kepala Desa yang bernama Pak Pupung.  Ternyata, beliau adalah pemilik tempat ini.  Warga disana, biasa menyebut tempat ini sebagai sanggar.  Disana kami disuguhi berbagai makanan khas dari Kampung Rancakalong.  Aku tidak begitu ingat makanan apa yang disajikan disana, karena aku tidak makan.  Beberapa dari kami makan sambil berbincang dengan Pak Pupung dan beberapa pengurus tempat tersebut. 

              Setelah beristirahat, kami  diajak jalan lagi, menuju tempat lain yang ada di kampung tersebut. Sebelum menjelajah daerah kampung yang lain, kita diantar dulu ke rumah warga, tempat kami akan tinggal selama 4 hari 3 malam.  Kami yang perempuan dibagi 2 kelompok tidur, aku bersama Alika dan Hana tinggal di rumah Pak RW sedangkan teman perempuan yang lain tinggal di rumah lain.  Dirumah aku dan teman-teman banyak mengobrol dengan bapak dan ibu pemilik rumahnya, yaitu Pak Rohendi dan Bu Cece.  Aku sendiri jarang mengobrol dengan anak di rumah tersebut, karena ia masih bersekolah.  Setelah mengobrol dengan pemilik rumah dan beristirahat sebentar, kami pergi lagi ke sanggar yang letaknya dekat dengan rumah untuk melakukan kegiatan selanjutnya, yaitu diskusi.  

             Diskusi dipimpin oleh beberapa pengurus sanggar.  Kita membahas banyak hal, mulai dari budaya, sejarah dan lainnya. Awalnya kita masih malu-malu, hanya mendengarkan dan tidak banyak bertanya, tapi setelah lumayan lama, akhirnya beberapa dari kami berani juga untuk bertanya.  Orang-orang di sanggar tersebut sangat baik, mereka ramah dan beberapa suka sekali bercanda, jadi suasana bisa dengan cepat cair, dan kami pun bisa dengan cepat akrab.  Diskusi itu terasa sangat cepat, padahal kita sudah berdiskusi selama 2 jam lebih.  Setelah itu kita diajak untuk berkeliling kampung sekedar mengetahui letak tempat-tempat penting.  

            Sebelum berangkat, kami semua kembali ke rumah terlebih dahulu, untuk sekedar beristirahat dan makan.  Keluargaku menyediakan banyak sekali cemilan untuk aku dan teman-teman, seperti rengginang dan keripik singkong.  Aku dan teman-teman menyantapnya dengan semangat.  Sambil makan, aku melengkapi catatanku, yang kurang lengkap.  Setelah 30 menit beristirahat, aku dan teman serumahku melakukan penjelajahan ke sekitar kampung.  Belum berjalan jauh, tiba-tiba saja hujan mulai turun.  Aku yang bersemangat untuk menjelajahi kampung, awalnya tidak begitu peduli dengan hujan tersebut, tapi aku baru sadar kalau ternyata aku tidak membawa payung.  Payung yang aku bawa, aku tinggalkan dirumah, karena saat pergi dari rumah, terlihat matahari masih bersinar cerah, jadi aku putuskan untuk meningalkannya.  Aku dan teman-teman bingung, apakah kami akan melanjutkan penjelajahan kami atau kembali ke rumah? Disatu sisi kita sudah berjalan cukup jauh, tapi di sisi lain kalau kita paksakan, bisa saja kita sakit. 

Kira-kira apa yang akan kita lakukan? Apa yang akan terjadi selanjutnya? Tunggu kelanjutan ceritanya yaaa...:)






12.11.2018

Resensi Buku Samantha (Risa Sarasvati)

Judul Buku: Samantha
Penulis:Risa Sarasvati
Penerbit: Bukune
Jumlah Halaman:190 halaman
Tahun terbit: 2018
Bahasa: Bahasa Indonesia
Jenis cover: Soft cover
Kategori: Novel
Harga: Rp. 67.100

Sinopsis: Buku ini menceritakan tentang salah satu teman Risa Sarasvati yang tidak kasat mata, yaitu Samantha.  Samantha merupakan salah satu hantu perempuan dengan kisah hidup yang cukup menarik.  Ia merupakan anak angkat di keluarga De Witt, salah satu keluarga kaya di Hindia Belanda saat itu.  Sejak ia terlahir di dunia, ia tidak pernah melihat ibunya, karena setelah melahirkan Samantha, ibunya meninggal dunia karena terkena penyakit.  Samantha hidup bahagia bersama keluarga angkatnya, namun walaupun segala kebutuhannya dipenuhi, ia tidak mendapatkan sedikitpun perhatian dari kedua orang tuanya.  Saat natal pun, kedua orang tuanya tidak mau mengantar Samantha kegereja, mereka masih sibuk dengan segala pekerjaan mereka.  Mereka selalu beralasan bahwa mereka bekerja untuk masa depan Samantha.  Sejak saat itu, hidup Samantha menjadi sangat membosankan.  Hingga suatu hari ia terkena penyakit, tapi dia sendiri tidak mengetahui, penyakit apa yang ia derita.  Semakin hari tubuh Samantha menjadi semakin lemah, hingga akhirnya ia hanya bisa terbaring di ranjang. Selama ia sakit ia hanya diurus oleh pembantunya, bahkan sekedar melihat anak angkatnya, kedua orang tuanya tidak mau.  Hingga akhir hayatnya Samantha masih menyimpan banyak pertanyaan, bingung penyakit apa yang selama ini ada di tubuhnya, dan kenapa orangtuanya begitu tidak peduli dengannya.Ingin tahu lebih banyak tentang kisah hidup Samantha? Baca bukunya yaa!!

Kelebihan: Buku ini ditulis menggunakan bahasa Indonesia baku,namun masih mudah dimengerti oleh berbagai usia.  Cerita dibuku ini ditulis dengan alur yang baik, sehingga tidak membingungkan pembaca. Cover buku ini memiliki gambar yang sangat bagus, sehingga bisa menarik perhatian pembaca. 


Kekurangan: Sejauh ini sih, saya tidak menemukan kekurangan di buku ini, tapi sepertinya akan lebih menarik, apabila ditambahkan ilustrasi di bagian dalam buku, karena ilustrasi yang digunakan di cover sudah sangat bagus. 


Sekian review buku dari saya, semoga bermanfaat...
Hasil gambar untuk gambar cover buku samantha