3.12.2018

Dihadang Preman?? #PerjalananCicalengka3

Ruang Tamu SMPN Cicalengka
Setelah selesai makan bubur, kami pun memberikan uang lembar sejumlah Rp.5000,- dan mengucapkan terima kasih.  (baca dulu blog Perjalanan Cicalengka 2) Kemudian aku, Chaca dan Bimo meninggalkan pasar dan mulai mencari sekolahan, salah satu lokasi yang harus kami kunjungi.  Letak sekolahan yang akan kami tuju berada di sebelah pasar, sehingga  tidak memakan banyak waktu untuk bisa sampai kesana.  Sekolah yang kami datangi yaitu SMPN 1 Cicalengka.  Sesampainya disana, kami sedikit kebingungan, akan kemana mencari informasi tentang sekolah itu, karena pada saat kami datang, sedang berjalan kegiatan mengajar, sehingga kami tidak bisa bertanya pada guru, bahkan pada kepala sekolah. Tiba-tiba kami melihat ada salah satu orang yang sepertinya sedang duduk santai di pos satpam sekolah.  Kami pun mendekatinya kemudian mulai bertanya.  Ternyata ia juga sangat terbuka dan mau menjawab pertanyaan kami dengan senang hati. Sebelum kami bertanya pun, ia sudah bercerita. Katanya di sekolah ini ada 3 program yang paling dibanggakan, yaitu program 3S yaitu program Senyum, Salam dan Sapa. Kemudian ada program SMS yaitu program Siswa Memungut Sampah.  Dan yang terakhir adalah program Bintalis, yaitu program literasi islam.  Setelah lumayan lama mengobrol, akhirnya ia baru memberitahukan identitasnya.  Ternyata beliau adalah guru keagamaan di sekolah itu, namanya adalah Pak Amin Kusnandang.  Kami mengobrol di sana kurang lebih 5 menit dan setelah selesai, kami pun berpamitan.  Sebelum berpamitan, kami sempat bertanya dimana lokasi Kantor Kecamatan, karena setelah dari sekolah, aku dan kelompokku berencana akan ke Kantor Kecamatan terlebih dahulu.  Setelah ia memberitahu kami dimana lokasi Kantor Kecamatan kami pun berpamitan dan langsung pergi kesana. 
                Letak Kntor Kecamatan juga tidak terlalu jauh dari sekolah.  Hanya berjalan kurang lebih 2 meter kami pun sampai.  Sebenarnya tamu hanya boleh masuk dari pintu depan, dan kalau kita masuk dari pintu depan kita harus memutar lagi dan akan memakan waktu yang lama.  Namun karena kami dari tadi saat bertemu orang dan bertanya ramah maka orang-orang yang kami jumpai pun tidak merasa asing dengan kami, bahkan mereka memperbolehkan kami masuk ke Kantor Kecamatan lewat pintu belakang.  Kami pun akhirnya diperbolehkan masuk lewat pintu belakang.  Awalnya kami bingung dimana letak Kantor Kecamatan yang utamanya karena disana gedungnya banyak dan semua dipenuhi orang.  Setelah bertanya-tanya dengan beberapa orang yang ada disana, aku, Bimo dan Chaca akhirnya menemukan gedung utamanya.  Pada saat kami akan masuk, ruangan depan gedung itu sangat ramai.  Banyak orang yang mengantri, sepertinya akan membuat KTP.  Tiba-tiba ada seorang bapak-bapak mendekatiku dan bertanya “Mau kemana dek?” Aku pun menjawab “Mau ketemu pak camatnya pak, mau nanya-nanya sedikit tentang daerah Cicalengka”  “Ohh ayo dek saya anterin aja”jawab bapak itu cepat.  Aku dan kelompokku pun masuk ke dalam ditemani bapak tersebut.  Saat kami masuk, ternyata sudah ada Karmel, Denzel, Hana dan Timmy yang sedang mewawancara pak camat juga.  
                “ini temennya ya dek?”tanya bapak tersebut setelah kami bertemu pak camat. “Iya pak, makasih ya!” aku menjawab dengan cepat.  Saat aku masih mengobrol dengan bapak-bapak yang tadi mengantarkan, salah satu pekerja yang ada disana langsung menyiapkan 3 kursi untuk kami duduk.   Setelah berpamitan, aku, Chaca dan Bimo langsung ikut mengobrol dengan Pak Camat.  DIdalam obrolan ini aku mendapatkan banyak informasi baru tentang daerah Cicalengka.  Katanya makanan yang paling terkenal dari Cicalengka adalah Ali Agrem, Awug dan Sate Jebred.  Aku sendiri baru pernah mendengar ada Sate Jebred.  Menurut Pak Camat, Sate Jebred terbuat dari kulit sapi dan sudah ada sejak jaman Belanda.  “Adek-adek tahu gak, Kecamatan Cicalengka ini termasuk dalam kategori lengkap loh, sudah ada terminal, pasar tradisional, rumah sakit, mall, stasiun dan Griya”seru Pak Camat bangga. 
Pohon asam di Kantor Kecamatan
Perjalanan menuju patung Dewi Sartika
                Setelah selesai bercerita, Pak Camat mengajak kami untuk berkeliling di Kantor Kecamatan tersebut.  Selama berkeliling, beliau menunjukkan kami banyak hal, seperti data penduduk Cicalengka dan pohon asam yang katanya sudah ada sejak masa penjajahan Belanda.  Ternyata di hari itu Pak Camat ada pertemuan, sehingga setelah menjelaskan beberapa lokasi di Kantor Kecamatan tersebut, Pak Camat berpamitan dan meninggalkan kami.  Namun sebelum pergi, ia menyuruh salah satu pekerja disana untuk mengantarkan kita ke tempat-tempat yang harus kami datangi.  Orang-orang disana sangatlah ramah terhadap para pendatang baru dan aku merasa senang bisa mengenal mereka semua.  Aku dan kelompok Karmel pun langsung berangkat ditemani salah satu petugas dari kantor kecamatan.  
Patung Dewi Sartika
                Setelah dari Kantor Kecamatan, kami diantarkan ke lokasi pertama yang harus kami datangi, yaitu Patung Dewi Sartika, salah satu patung yang terkenal di Cicalengka.  Melewati jalan besar yang penuh kendaraan membuatku sedikit pusing.  Ditambah dipinggir jalan banyak toko yang menjual CD musik sehingga mereka memasang musik di speaker dengan volume yang besar.  Kami pun sampai di patung tersebut.  Saat kami akan memotret patung tersebut, kami dihadang oleh preman yang sepertinya sudah menjadi jagoan disana.  “Eh Eh pada mau ngapain nih disini? Minggir-minggir tempat gue nih”teriak preman tersebut sambil membawa semangkuk bakso.  Ia sepertinya sangat tidak senang dengan kehadiran kami.  Aku dan teman-temanku yang lain pun ketakutan.  Kami mencatat dan mengambil foto dengan cepat, karena tidak mau cari masalah dengan preman tersebut.  Ternyata ia tidak melihat ada salah satu petugas Kecamatan menemani kami.   Setelah ia melihat ada petugas kantor kecamatan ia langsung diam tidak berani berbicara lagi. Untunglah ada petugas dari Kantor Kecamatan, kalau tidak entah bagaimana nasib kami...

 To Be Continued...

2 comments:

  1. kalau mau lihat patung dewi sartika dari stasiun Cicalengka, dilanjut naik apa?

    ReplyDelete
    Replies
    1. bisa jalan kaki atau naik angkot sih kak.. untuk jurusan angkotnya saya kurang tahu, karena saya jalan kaki. Tidak jauh kok kak, hanya sekitar 5 menit.

      Delete